Tuesday, May 30, 2006

jogja tears

Melihat fenomena yang ada di media2 massa terutama di TV tadi malem, banyaknya para relawan memberikan [secara ikhlas ato tidak] apa saja yang mereka punya kepada para korban gempa di jogja. Termasuk banyaknya para siswa dari SD sampai mahasiswa perguruan tinggi atau bahkan para kelompok organisasi tertentu menyumbangkan properti dan tindakan mereka [melalui permintaan sumbangan di jalan2 raya, atau tempat2 tertentu] untuk para korban gempa. Menunjukkan bahwa solidaritas bangsa semakin baik dan meningkat, seiring dengan berkembangnya moral bangsa, yang membuatku salut karena mereka spontan memberikan apapun yg mereka bisa dan punyai. Namun ... tanda tanya besar tiba2 muncul dalam benakku [yang mungkin normal dan wajar seperti orang lain berfikir].

Apakah semua itu akan sampai kepada para korban????? [aku rasa pertanyaan ini sudah mencakup berbagai sebab dan akibat korelasi antara korban dan dana tersebut].

Melihat keindahan solidaritas itu, melihat berita2 banyaknya sumbangan dateng dari berbagai daerah dan bangsa di dunia, melihat para dermawan memberikan sumbangan berupa apapun [dana, makanan, dll] sudah memberikan sedikit ketenangan kepada para pengamat berita. Namun ... [barusan aku dapet info dari temen langsung dari jogja] ternyata semua sumbangan itu belum sampai ke tangan para korban. Astaghfirullahal ‘adhiim, Ya Allah ... nunggu apa lagi? Bukankah saat ini mereka sangat membutuhkan itu semua? Bukankah saat ini mereka butuh tak hanya uluran tangan kita, tapi juga apa saja untuk survival mereka?

Baru sumbangan dari luar saja sudah susah nyampainya ke para korban [bahkan korban di Bantul sekalipun / yg notabene yg paling parah] lalu bagaimana dengan sumbangan2 yang dilakukan di jalan2 raya dan tempat2 tertentu. Apakah salah jika saya berfikir apakah dana2 tersebut diterima juga oleh para korban? Atau mungkin apakah semua dana yg terkumpul akan sampai ke tangan mereka? Tidak berkurangkah? Tidak sulitkah?

Solidaritas tinggi, korupsi tinggi, dan semuanya menjadi petinggi [semua merasa paling pinter dan akhirnya berimbas pada para korban yang masih terlantar di lapangan sana, yagn penuh dengan suasana takut, dingin, dan sakit oleh derita fisik dan batinnya].

0 Comments:

Post a Comment

<< Home