Tuesday, May 30, 2006

Jigsaw Killer II

SAW II, yang kedua ini aku merasa lebih ringan, lebih mending, karena ada di point2 tertentu aku bisa menguasai diri. Paling tidak aku sudah bisa sedikit membaca apa yang akan terjadi [meski ga sama persis] karena memang ga jauh beda jalan ceritanya. Hanya saja masalah yang diambil dan korban yang direncanain psikopat tersebut homogen [ga heterogen seperti sebelumnya]. Psikopat hanya mengancam dan menghadapai satu orang [yg dianggapnya] musuh. Namun beberapa korban [yang disanderanya] diletakkan di satu tempat yang sama dan mereka mempunya kesamaan suatu penyakit.

Seperti yang pertama, jigsaw killer yang kedua pun berakhir dengan tanpa kepastian. Psikopat menghentikan gerak lawan [musuhnya] dengan menguncinya dari luar di sebuah tempat yang sering dipakainya membunuh para korban, yang akhirnya para penonton pun tak tahu apa yang akan terjadi pada orang yg dikurung itu. Ruangan yang sunyi senyap, bahkan lemarinya pun terbuat dari besi yang tak bisa dikalahkan dengan apapun. Mungkin oksigen pun ga bisa masuk, hiiiiiiii ....

Menguncinya dari luar? padahal orang itu masih hidup? huh ... kejem banget

Alhamdulilah

Alhamdulilah Allah memberiku berjuta kenikmatan,

Kenikmatan lahir dan bathin, Kenikmatan fisik, jasmani dan rohani. Alhamdulilah aku punya kelima inderaku, Malah kadang aku bisa merasakan sesuatu tidak melalui inderaku itu, [apakah itu indera ke sepuluhku ya, huehehehe]

Punya MATA yang indah [meski ga indah, ini kan ciptaanNya, jadi harus dirasa indah bukan hehe :D], Bisa melihat dengan terang [meski kadang terpaksa pake kacamata], Jauh lebih baik daripada mereka yg minus lebih banyak, Jauh lebih baik daripada mereka yg bahkan sama sekali tak bisa melihat apapun yg diciptakanNya. Bisa kugerakkan ke kanan dan ke kiri [lirik sana lirik sini, hehe], Kugerakkan ke atas, ke bawah, bahkan untuk melihat benda kecil pun. Tak hanya tulisan, tapi benda lain apapun [insyaallah], Mataku juga punya keindahan, Bisa memikat hati [huehehe], Bukankah cinta berasal dari mata [baru turun ke hati/kata pepatah sih], Bukankah kesedihan maupun kegembiraan hati pun, Dapat dibaca dari mata? Etc.

Punya TELINGA yg tertutup jilbab, Bisa mendengar suara apapun meski jilbab menutupinya, [meski kadang ga terlalu jelas dengernya], Terlihat cantik karena pakai anting, Terdapat dua yang masing2 sehat [alhamdulilah tak cacat sedikitpun], Tidak seperti mereka yg kehilangan salah satu atau kedua telinganya, [karena kecelakaan maupun cacat dari lahir], Etc.

Punya HIDUNG untuk bernafas dan mencium sesuatu, Tak hanya mencium bau parfum buatan manusia, Tapi juga mampu mencium parfum alami [buatan Ilahi], Tak hanya itu, Bahkan aku mampu menghirup oksigen dan zat lain untuk survive, Etc.

Punya MULUT untuk bicara dan makan, Seandainya aku ga bisa makan, Mungkin usiaku takkan lama di dunia ini, Seandainya tak bisa bicara, Pasti aku tak punya teman [yang banyak], Kasian ya mereka yang tak bisa makan melalui mulutnya, [mungkin krn cacat atau hal lain yg menghalanginya], Kasian juga mereka yang tak mampu mengeluarkan, Kata2 jelas dari mulutnya, Hanya isyarat2 dan bahasa2 yang tak dimengerti oleh orang normal [huh..sigh], Etc.

Punya KULIT yg dapat merasakan sentuhan, Sentuhan cahaya matahari selalu bisa kurasa, Sentuhan angin sepoi pun tak kuasa kutolak, Sentuhan manusia apalagi [yg lebih kasar dari sentuhan alam], Bahkan aku bisa merasakan antara memakai pakaian atau tidak, Bagaimana kalau sensitifitas kulitku mati? Mungkin telanjang pun tak kusadari, Mungkin panas, dingin, bahkan suasana apapun, Takkan ku kenali. [humph...sign again], Etc.

Alhamdulilah Ya Allah, Just the only word which contain so much grateful to You, Thanks God, Thanks God, Thanks God, Thanks God, Thanks God, :)

jogja tears

Melihat fenomena yang ada di media2 massa terutama di TV tadi malem, banyaknya para relawan memberikan [secara ikhlas ato tidak] apa saja yang mereka punya kepada para korban gempa di jogja. Termasuk banyaknya para siswa dari SD sampai mahasiswa perguruan tinggi atau bahkan para kelompok organisasi tertentu menyumbangkan properti dan tindakan mereka [melalui permintaan sumbangan di jalan2 raya, atau tempat2 tertentu] untuk para korban gempa. Menunjukkan bahwa solidaritas bangsa semakin baik dan meningkat, seiring dengan berkembangnya moral bangsa, yang membuatku salut karena mereka spontan memberikan apapun yg mereka bisa dan punyai. Namun ... tanda tanya besar tiba2 muncul dalam benakku [yang mungkin normal dan wajar seperti orang lain berfikir].

Apakah semua itu akan sampai kepada para korban????? [aku rasa pertanyaan ini sudah mencakup berbagai sebab dan akibat korelasi antara korban dan dana tersebut].

Melihat keindahan solidaritas itu, melihat berita2 banyaknya sumbangan dateng dari berbagai daerah dan bangsa di dunia, melihat para dermawan memberikan sumbangan berupa apapun [dana, makanan, dll] sudah memberikan sedikit ketenangan kepada para pengamat berita. Namun ... [barusan aku dapet info dari temen langsung dari jogja] ternyata semua sumbangan itu belum sampai ke tangan para korban. Astaghfirullahal ‘adhiim, Ya Allah ... nunggu apa lagi? Bukankah saat ini mereka sangat membutuhkan itu semua? Bukankah saat ini mereka butuh tak hanya uluran tangan kita, tapi juga apa saja untuk survival mereka?

Baru sumbangan dari luar saja sudah susah nyampainya ke para korban [bahkan korban di Bantul sekalipun / yg notabene yg paling parah] lalu bagaimana dengan sumbangan2 yang dilakukan di jalan2 raya dan tempat2 tertentu. Apakah salah jika saya berfikir apakah dana2 tersebut diterima juga oleh para korban? Atau mungkin apakah semua dana yg terkumpul akan sampai ke tangan mereka? Tidak berkurangkah? Tidak sulitkah?

Solidaritas tinggi, korupsi tinggi, dan semuanya menjadi petinggi [semua merasa paling pinter dan akhirnya berimbas pada para korban yang masih terlantar di lapangan sana, yagn penuh dengan suasana takut, dingin, dan sakit oleh derita fisik dan batinnya].